Heartless Background

Selasa, 20 Januari 2015

Fanfiction^^

Welcome To My Blog, Friend^^

Mau nge-share cuplikan tulisan abal-abal karya saya :D Gaje? Haha, biarkan saja deh :D namanya juga masih pemula :D

"Love Different Religion"



Mereka saling mencintai...

Mereka saling melengkapi satu sama lain...

Mereka saling memberikan warna-warni kehidupan satu sama lain...

Mereka mempunyai suatu perasaan yang sama. Perasaan yang timbul dari lubuk hati nya yang paling dalam. Perasaan yang dapat mengendalikan raga nya untuk terus bersama. Perasaan yang telah mempersatukan mereka. Perasaan yang telah mempertemukan mereka. Perasaan itu... sebuah perasaan yang di sebut dengan...


Cinta.


Mereka saling mencintai. Mereka saling percaya akan cinta satu sama lain. Mereka saling memahami cinta satu sama lain. Mereka saling melengkapi hidup satu sama lain dengan cinta nya. Mereka saling memberikan warna-warni kehidupan satu sama lain dengan cinta nya yang memiliki variasi warna yang siap untuk melukiskan kenangan-kenangan indah mereka.


Namun, jika cinta mereka itu tidak tersampaikan. Jika cinta mereka itu di batasi. Jika cinta mereka itu terlarang. Bagaimana? Bagaimana dengan nasib cinta mereka? Apakah cinta itu akan di biarkan terombang-ambing begitu saja? Apakah cinta itu akan di biarkan mengalir tanpa ada yang menjalankannya? Apakah cinta itu akan di biarkan melayang begitu saja?


Tidak!


Mereka terus memperjuangkan cinta mereka. Mereka terus melawan arus ombak yang menghadang mereka. Mereka terus melangkah walaupun banyak penghalang. Mereka terus maju tanpa mengenal kata mundur.

Cinta mereka yang begitu besar telah mempengaruhi perjuangan mereka untuk terus mencintai. Walaupun terbatasi oleh agama. Agama? Ya. Terbatasi oleh agama. Mereka menganut agama yang berbeda. Dan, hal itulah yang menyebabkan cinta mereka terhenti di tengah jalan. Kedua orangtua mereka tidak mengizinkan mereka untuk terus mencintai. Tidak mengizinkan mereka untuk terus bersama. Dan, kedua orangtua mereka berniat ingin memisahkan keduanya.


“Bunda, tolong! Tolong jangan membatasi aku untuk terus bersama dia. Aku mencintai nya. Aku ingin bersamanya. Aku tahu yang terbaik untukku. Yang terbaik untukku adalah dia.”


“Bunda lebih mengetahui yang terbaik untuk kamu. Yang terbaik untuk keluarga mu kelak. Yang dapat menjadi imam di keluarga mu kelak. Yang dapat menghidupi mu dan anak-anak mu kelak.”


“Bunda tidak dapat merasakan kebahagian ku ketika bersama dia. Aku yang menjalankan ini semua. Aku yang merasakan ini semua. Bunda tidak mengetahui perasaan ku. Aku mencintai nya. Tolong jangan pisahkan aku dengannya.”


“Kamu harus berpisah dengan nya. Ini yang terbaik. Bunda ingin memberikan yang terbaik untuk mu. Yang terbaik untuk masa depan kamu.”


“Ta—tapi, bun...”


“Demi kamu.”


**


Tuhan...


Aku ingin terus bersamanya. Aku ingin terus mencintainya. Menyayanginya. Aku ingin dia... aku ingin dirinya. Namun,


Mengapa?


Mengapa Kau mempertemukan kami dalam perbedaan seperti ini? Perbedaan yang membatasi semuanya. Perbedaan yang seolah akan memisahkan kami. Perbedaan yang membuat cinta kami terbuang begitu saja.

Tuhan...


Tolong, satukan aku dengannya. Biarkanlah aku memanfaatkan kesempatan hidup ku ini untuk merasakan cinta yang ia berikan. Satukan aku dengannya, Tuhan. Satukan aku dengan cara-Mu. Pertemukan lah aku kembali dengannya untuk kembali mengukir cinta yang selama ini terbuang. Kembali mengukir cinta yang selama ini tidak tersampaikan. Cinta yang selama ini terbatasi oleh perbedaan itu. Kembali membangkitkan cinta yang selama ini runtuh. Kembali menyuburkan perasaan cinta yang selama ini mengering. Dan, aku ingin kembali membangun pertahanan cinta itu bersamanya.


**


“Aku seakan terjerumus ke dalam lubang hitam tanpa cahaya sedikitpun. Terjerumus ke dalam keterpurukan tanpa ada yang membangkitkannya. Aku berlari dalam kegelapan. Berusaha mencari sumber cahaya. Namun, kegelapan itu seakan terus bersamaku. Kegelapan itu seolah terus menahanku agar aku tidak dapat kembali berlari. Namun, ketika secercah cahaya muncul mendekatiku, kegelapan itu seakan sirna. Secercah cahaya itu menghampiriku dan menuntunku untuk keluar dari kegelapan itu. Secercah cahaya itu menuntunku untuk bangkit dari keterpurukan ini. Menuntunku membuka pintu hatiku untuknya. Menuntunku untuk memasuki sebuah perasaan, menjelajahi sebuah perasaan hingga terpelosok ke paling dalam. Hingga aku tidak mengetahui arah untuk keluar dari perasaan tersebut. Aku seakan terkunci dalam perasaan itu. Terkunci tanpa ada niat untuk keluar dari perasaan itu. Aku akan terus mencintaimu. Sampai kapanpun itu. Aku yakin, kita akan kembali di pertemukan suatu hari nanti dengan caraNya sendiri. Meskipun suatu saat, kita tidak di pertemukan kembali... aku meng-ikhlaskannya. Aku mencoba bahagia ketika melihatmu bahagia bersama seseorang yang lain kelak. Mencoba bahagia...


Dalam tangisan." Prilly~

Huahahaha, gaje dan absurd banget yaak :'D Gapapa deh, masih mencoba :D