Mau nge-share cuplikan tulisan abal-abal karya saya :D Gaje? Haha, biarkan saja deh :D namanya juga masih pemula :D
"Love Different Religion"
Mereka
saling mencintai...
Mereka
saling melengkapi satu sama lain...
Mereka
saling memberikan warna-warni kehidupan satu sama lain...
Mereka
mempunyai suatu perasaan yang sama. Perasaan yang timbul dari lubuk hati nya
yang paling dalam. Perasaan yang dapat mengendalikan raga nya untuk terus
bersama. Perasaan yang telah mempersatukan mereka. Perasaan yang telah
mempertemukan mereka. Perasaan itu... sebuah perasaan yang di sebut dengan...
Cinta.
Mereka
saling mencintai. Mereka saling percaya akan cinta satu sama lain. Mereka
saling memahami cinta satu sama lain. Mereka saling melengkapi hidup satu sama
lain dengan cinta nya. Mereka saling memberikan warna-warni kehidupan satu sama
lain dengan cinta nya yang memiliki variasi warna yang siap untuk melukiskan
kenangan-kenangan indah mereka.
Namun, jika
cinta mereka itu tidak tersampaikan. Jika cinta mereka itu di batasi. Jika
cinta mereka itu terlarang. Bagaimana? Bagaimana dengan nasib cinta mereka?
Apakah cinta itu akan di biarkan terombang-ambing begitu saja? Apakah cinta itu
akan di biarkan mengalir tanpa ada yang menjalankannya? Apakah cinta itu akan
di biarkan melayang begitu saja?
Tidak!
Mereka terus
memperjuangkan cinta mereka. Mereka terus melawan arus ombak yang menghadang
mereka. Mereka terus melangkah walaupun banyak penghalang. Mereka terus maju
tanpa mengenal kata mundur.
Cinta mereka
yang begitu besar telah mempengaruhi perjuangan mereka untuk terus mencintai.
Walaupun terbatasi oleh agama. Agama? Ya. Terbatasi oleh agama. Mereka menganut
agama yang berbeda. Dan, hal itulah yang menyebabkan cinta mereka terhenti di
tengah jalan. Kedua orangtua mereka tidak mengizinkan mereka untuk terus
mencintai. Tidak mengizinkan mereka untuk terus bersama. Dan, kedua orangtua
mereka berniat ingin memisahkan keduanya.
“Bunda,
tolong! Tolong jangan membatasi aku untuk terus bersama dia. Aku mencintai nya.
Aku ingin bersamanya. Aku tahu yang terbaik untukku. Yang terbaik untukku
adalah dia.”
“Bunda lebih
mengetahui yang terbaik untuk kamu. Yang terbaik untuk keluarga mu kelak. Yang
dapat menjadi imam di keluarga mu kelak. Yang dapat menghidupi mu dan anak-anak
mu kelak.”
“Bunda tidak
dapat merasakan kebahagian ku ketika bersama dia. Aku yang menjalankan ini
semua. Aku yang merasakan ini semua. Bunda tidak mengetahui perasaan ku. Aku
mencintai nya. Tolong jangan pisahkan aku dengannya.”
“Kamu harus
berpisah dengan nya. Ini yang terbaik. Bunda ingin memberikan yang terbaik
untuk mu. Yang terbaik untuk masa depan kamu.”
“Ta—tapi,
bun...”
“Demi kamu.”
**
Tuhan...
Aku ingin
terus bersamanya. Aku ingin terus mencintainya. Menyayanginya. Aku ingin dia...
aku ingin dirinya. Namun,
Mengapa?
Mengapa Kau
mempertemukan kami dalam perbedaan seperti ini? Perbedaan yang membatasi
semuanya. Perbedaan yang seolah akan memisahkan kami. Perbedaan yang membuat
cinta kami terbuang begitu saja.
Tuhan...
Tolong,
satukan aku dengannya. Biarkanlah aku memanfaatkan kesempatan hidup ku ini
untuk merasakan cinta yang ia berikan. Satukan aku dengannya, Tuhan. Satukan
aku dengan cara-Mu. Pertemukan lah aku kembali dengannya untuk kembali mengukir
cinta yang selama ini terbuang. Kembali mengukir cinta yang selama ini tidak
tersampaikan. Cinta yang selama ini terbatasi oleh perbedaan itu. Kembali
membangkitkan cinta yang selama ini runtuh. Kembali menyuburkan perasaan cinta
yang selama ini mengering. Dan, aku ingin kembali membangun pertahanan cinta
itu bersamanya.
**
“Aku seakan
terjerumus ke dalam lubang hitam tanpa cahaya sedikitpun. Terjerumus ke dalam
keterpurukan tanpa ada yang membangkitkannya. Aku berlari dalam kegelapan.
Berusaha mencari sumber cahaya. Namun, kegelapan itu seakan terus bersamaku.
Kegelapan itu seolah terus menahanku agar aku tidak dapat kembali berlari.
Namun, ketika secercah cahaya muncul mendekatiku, kegelapan itu seakan sirna.
Secercah cahaya itu menghampiriku dan menuntunku untuk keluar dari kegelapan
itu. Secercah cahaya itu menuntunku untuk bangkit dari keterpurukan ini.
Menuntunku membuka pintu hatiku untuknya. Menuntunku untuk memasuki sebuah
perasaan, menjelajahi sebuah perasaan hingga terpelosok ke paling dalam. Hingga
aku tidak mengetahui arah untuk keluar dari perasaan tersebut. Aku seakan
terkunci dalam perasaan itu. Terkunci tanpa ada niat untuk keluar dari perasaan
itu. Aku akan terus mencintaimu. Sampai kapanpun itu. Aku yakin, kita akan
kembali di pertemukan suatu hari nanti dengan caraNya sendiri. Meskipun suatu
saat, kita tidak di pertemukan kembali... aku meng-ikhlaskannya. Aku mencoba
bahagia ketika melihatmu bahagia bersama seseorang yang lain kelak. Mencoba
bahagia...
Dalam
tangisan." Prilly~
Huahahaha, gaje dan absurd banget yaak :'D Gapapa deh, masih mencoba :D